Nadiem Makarim ~ Sang Pendiri Go-Jek

http://www.mujahidit.com/2016/02/nadiem-makarim-sang-pendiri-go-jek.html
Nadiem Makarim ~ Sang Pendiri Go-Jek

Mungkin dalam dunia usaha saat ini belum
banyak yang mengenal nama Nadiem Makarim. Memang namanya tergolong
masih baru di kancah bisnis tanah air, karena ia sendiri banyak
menghabiskan waktunya di luar negeri untuk menyelesaikan studinya.
Bukan berlatar belakang dari keluarga
pengusaha, namun Nadim Makarim berhasil mengelola sebuah startup bisnis
yang terbilang sangat menjanjikan saat ini, yakni #startup jasa pemesanan ojek Go-Jek.
Berbekal pendidikannya di universitas
bonafit, Harvard, nyatanya ia mampu sukses “ngojek” bersama startup yang
ia bangun tersebut. Lalu bagaimana kisah lengkapnya sampai kemudian ia
terjun ke dalam dunia bisnis dan mendirikan Startup Go-Jek? Simak
ulasannya di bawah ini.
Awal Karir Nadiem Makarim Setelah Lulus Kuliah
Ayah Nadiem Makarim adalah seorang
pengacara berasal dari Pekalongan, Jawa Tengah, sementara ibunya sendiri
bekerja di bidang non profit. Namun meskipun bukan keluarga pengusaha,
orang tua Nadiem Makarim selalu mendukung usaha yang dikerjakannya.
Riwayat pendidikan Nadim dimulai ketika
jenjang sekolah dasar di Jakarta, kemudian menginjak remaja melanjutkan
SMA di Singapura. Setelah itu kemudian meneruskan kuliah di Amerika
dengan mengambil jurusan International Relations di Brown University,
AS. Tak cukup dengan gelar S1, Nadiem kemudian melanjutkan pendidikan S2
nya di Harvard Business School hingga lulus.
Setelah memiliki gelar MBA (Master of
Business Administration), Nadiem pun mencoba peruntungan terjun ke dunia
kerja di negaranya Indonesia. Sebagai seorang yang berijazah luar
negeri, tentu saja tidak begitu sulit bagi Nadiem makarim untuk segera
mendapatkan pekerjaan di Indonesia setelah lulus kuliah.
Ia pun langsung mendapatkan pekerjaan
yang mentereng di sebuah perusahaan konsultan ternama di Jakarta. Kala
itu ia direkrut untuk menjadi Management Consultant di McKinsey &
Company. Setelah bertahan selama tiga tahun di perusahaan konsultan,
Nadiem merasa tidak puas yang kemudian membuatnya memilih keluar dari
pekerjaan itu.
Kemudian karirnya berlanjut dengan
menjadi CO-founder dan Managing Editor Zalora, juga Chief Innovation
Officer perusahaan Kartuku dalam waktu yang berurutan. Di sela-sela
kesibukan kerjanya, Nadiem ternyata sudah mulai merintis Go-Jek secara
perlahan. Namun saat itu pelayanan masih menggunakan cara manual belum
ada #aplikasi seperti saat ini.
Resign dan Fokus Mendirikan Go-Jek
Setelah beberapa waktu bekerja di
perusahaan orang, akhirnya Nadiem Makarim pun memutuskan untuk berhenti
dan fokus membangun bisnis nya sendiri. Padahal pada waktu itu, jabatan
Nadiem pun cukup mentereng yaitu sebagai direktur #e-commerce. Jika ditanya alasan apa yang membuat Nadiem keluar dari perusahaan, ia mengatakan cukup sederhana.
“Saya tidak betah kerja di perusahaan orang lain. Saya ingin mengontrol takdir saya sendiri,” begitu katanya.
Dengan bekal pengalaman yang ia dapatkan saat bekerja di perusahaan yang berbasis #teknologi
informasi, ia mulai fokus dan mengembangkan startup barunya itu. Nadiem
sendiri menolak jika startup yang ia bangun disebut sebagai bisnis
transportasi, ia lebih mendefinisikan bisnis yang ia kelola sebagai
bisnis aplikasi jasa yang mengandalkan teknologi.
Ia bahkan menyebutkan bahwa Go-Jek tidak
memiliki satu pun armada. Ia menuturkan bahwa bisnis yang ia kelola
saat ini adalah bisnis jasa yang menghubungkan ojek dengan konsumen
sebagai pengguna jasa.
Sambutan Positif Dari Masyarakat dan Konsumen
Ternyata dari terobosan yang dibuat oleh
Nadiem ini mendapatkan sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Dengan
berbagai fitur yang ditawarkan, semakin banyak masyarakat yang
menggunakan jasa Go-Jek. Meskipun mungkin masih terjadi gesekan antara
ojek konvensional dan ojek modern melalui Go-Jek, namun sampai saat ini
banyak konsumen yang sangat terbantu dengan kehadiran Go-Jek.
Dulu pada masa awal berdirinya, Go-Jek
masih memfasilitasi 20 pengemudi, namun saat ini Go-Jek sudah jauh lebih
berkembang dengan memfasilitasi lebih dari 10.000 pengemudi. Bahkan
kemarin berita di televisi menyiarkan berduyun-duyun masyarakat ingin
melamar untuk menjadi pengemudi Go-Jek.
Menurut Nadiem, pengendara ojek yang
menjadi pengemudi Go-Jek, dengan tidak sadar akan menjadi seorang yang
lebih pandai dari sebelumnya. Karena pembelajaran soal teknologi dan
pemahaman bahasa semakin berkembang dengan menjadi pengemudi Go-Jek.
Bahkan ia bercerita bahwa ada pengendara
Go-Jek yang awalnya tidak mengerti bahasa Inggris, namun karena menjadi
pengemudi Go-Jek dan sering melayani ekspatriat di Jakarta, ia menjadi
mahir berbicara bahasa Inggris.(Maxmanroe)